-->

MEA Tidak Menakutkan


>> Oleh : Giyanto <<  

Banyak analis yang pesimis dengan diberlakukannya MEA, perdagangan bebas Asean yang sudah diberlakukan sejak awal 2016. Ketakutan ini didasari tidak siapnya semua institusi baik yang dibawah kendali pemerintah maupun swasta.
Pemerintah, menurut para analis tidak pernah menyiapakan negeri ini untuk sungguh-sungguh siap menghadapi pasar terbuka Asia. Persiapan yang ada hanya bersifat himbauan dan seremoni belaka. Sementara yang swasta lebih banyak mengeluh menuntuk banyak fasilitas dari pemerintah. Sementara rakyat sendiri acuh saja dengan kedatangan MEA, menganggap tidak akan ada bedanya.
Konon, negara tetangga sudah menyiapkannya dengan matang untuk "menguasai" potensi Asean dari berbagai sektor. Salah satunya adalah banyaknya mahasiswa asal Philipina yang studi ke beberapa universitas di Indonesia mengambil jurusan bahasa indoenesia. Untuk apa? Tentu saja untuk merebut pasar Indonesia yang demikian gemuk dibandingkan dengan negara - negara Asia Tenggara yang lain.
Apakah kita akan benar-benar kalang kabut menghadapi MEA yang sudah datang ini? Tentu saja tidak, kita memiliki berbagai keunggulan yang tidak dimiliki negara tetangga, diantaranya :

  1. Fanatisme, masyarakat Indonesia memiliki rasa cinta bangsa yang sangat tinggi. Banyak pengobatan alternatif dari China yang sudah sejak dulu hadir dikota-kota Indonesia. Kenyataannya tidak ada yang dapat berkembang secara luar biasa sehingga sampai mengganggu hal sejenis yang asli Indonesia.
  2. Sumberdaya Indonesia masih mampu menghadapi persaingan dari beberapa negara tetangga. Dalam penguasaan bahasa Inggris memang SDM Indonesia relatif tertinggal dibanding dari Philipina, Malaysia maupun Singapura. Tetapi dari segi skill masih memungkinkan untuk berkompetisi.
  3. Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangan soal sumberdaya, untuk itu tentu saling membutuhkan. Tidak mungkin hanya terjadi satu pergerakan saja tenaga kerja yang pindah. 
  4. Mobilisasi tenaga kerja dengan area yang lebih luas, menciptakan biaya yang tidak murah, untuk itu  tidak perlu terlalu dikuatirkan jika anggapan banyak orang selama ini bahwa tenaga kerja terus bergerak sampai mangganggu dunia ketenaga kerjaan di Indonesia.
  5. Sumberdaya Alam, yang meskipun tidak tergolong melimpah lagi, sumberdaya alam Indonesia masih yang paling besar diantara negara-negara Asean.
  6. Produk Indonesia sangat beragam dan masih sangat mungkin untuk bersaing ditingkat Asean. Baik dari segi kualitas maupun harganya. Tinggal bagaimana pemerintah menciptakan greget yang bisa memacu kalangan industri dan UKM terus berusaha meningkatkan kualitas.
Kita semua mesti waspada menghadapi MEA, tetap tidak perlu ketakutan. Semua negara bergerak menyiapkan sumberdayanya untuk menghadapi kompetitor dari negara lain, Indonesiapun sudah semestinya melakukan gerakan yang lebih dinamis. Mengingat, Indonesia dengan pasar yang paling besar di Asia Tenggara, akan menjadi incaran banyak pihak dari negara lain.
Produk yang selama ini masih berstandar rendah harus segera ditingkatkan agar mampu bersaing dan menghasilkan devisa eksport.
Catatan yang paling penting, tentu saja tenaga kerja Indonesia harus memperbaiki diri. Baik dari sisi kualitas maupun sikapnya yang selama ini selalu menentang perusahaan dengan melakukan demo rutin setiap kali menuntut kenaikan upah. Kehadiran MEA juga merupakan pelajaran penting bagi serikat pekerja yang selama ini selalu menuntut perbaikan tetapi kurang piawai dalam meningkatkan kualitas skilnya. Sementara tenaga kerja dari asing yang berani datang ke Indonesia, tentu saja telah menyiapkan diri sebaik-baiknya dan siap untuk berkompetisi dengan tenaga kerja lokal.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel