Belajar ke Shenzhen China (4)
(Edisi : Ikut Judy dan Fang ke Futian).
Sepulang dari mall Hp bersama teman-teman, sampai hotel saya bergegas mandi dan sholat, kemudian rebahan sambil membuka YM menghubungi rumah untuk cerita pengalaman di worshop TC sekalin acara jalan-jalan di mall Hp yang besarnya luar biasa. Baru pertama kali saya lihat orang jualan hp sebanyak itu dan arealnya juga luar biasa besar. Selama di Shenzhen saya tidak bisa tidur sore. Setiap ada waktu luang saya gunakan untuk membuka laptop YM an sama temen-temen di Indonesia. Seneng sekali rasanya, terasa tidak kesepian mesti sendirian.
Hari ke tiga saya seperti biasa datang paling pagi dibanding yang lain, kantor masih sepi dan saya jalan-jalan disekitaran perusahaan untuk melihat-lihat mungkin tidak ada di Indonesia. Saya kaget, diujung perusahaan ada bangunan yang tidak terlalu besar dan banyak produk jadi ditumpuk disana. Saya ijin scurity untuk melihatnya, scurity tidak melarang justru mempersilahkanku untuk membuka ruangan yang memang tidak dikunci. Ternyata ruangan itu adalah ruangan oven produk. Produk-produk yang sudah jadi dimasukan oven dulu untuk menghilangkan kelembaban yang mungkin terjadi akibat pengeleman atau material yang basah atau kondisi alam yang memang sedang lembab.
Perkuan panas terhadap produk jadi dengan oven sebenarnya hal yang sangat penting, tetapi kebanyakan perusahaan heater di Indonesia jarang yang melakukan. Produk yang sudah jadi langsung saja dikirim ke customer apa adanya. Toh nanti setelah dipakai dialiri listrik juga akan kering sendiri. Biasannya argumen seperti itu yang dipakai oleh produsen heater di Indonesia. Kenyataannya heater yang di oven terlebih dahulu sebelum dikirim ke customer hasilnya pasti lebih baik. Karena heater tidak lembab, tidak ada kandungan air didalamnya sehingga menjamin heater lebih kuat dan tahan lama karena tidak konduktor antara element didalamnya dengan casing heater yang berbahan stainless steel.
Begitu temen-temen kantor datang saya bergegas menuju ruang ganti, tetapi Fang staff Judy yang cantik itu memberitahuku kalau ditunggu Judy dilantai atas. Saya tidak jadi ganti baju tapi mengikuti Fang menuju ruangannya. Fang bilang kalau hari ini Judy dan Fang ada acara kunjungan di Futian yang agak jauh. Mungkin Judy akan mengajak saya kalau saya mau kata Fang. Kata Fang kalau mau ke Hongkong melewati Futian ini. Dalam hati, aku mau banget ikut, ini kesempatan terbaik untuk cari pengalaman selama di China.
Sesampai diruangan Judy, langsung Judy menanyaiku seperti tadi yang sudah diceritakan Fang. Saya jawab dengan senang hati saya ingin ikut dan terima kasih sekali diberi kesempatan untuk ikut. Ketika sudah didalam mobil, kami berempat dengan sopir, Judy duduk didepan, dan si cantik Fang duduk ditengah dengan saya. Judy sebenarnya juga cantik, tapi Fang cantiknya mirip bintang film Hongkong yang pernah saya lihat di bioskop. Seneng juga sih bisa duduk bersama Fang yang anaknya sangat ramah sekali. Aku taksir umur Fang belum diatas 25 tahun, atau andai lebih tak jauh dari 25 tahun. Judy kemudian menjelaskan maksud kunjungan ke Futian, disana ada customer terbaiknya yang selalu membeli mesin-mesin pembuat heater ke TC perusuhaan dimana Judy bekerja. Kata Judy nanti di Futian saya bisa langsung melihat proses pembuatan cartridge heater yang rumit itu secara langsung. Saya langsung merasa sangat senang dengan mengucapkan terima kasih ke Judy.
Sepanjang perjalanan, Judy banyak mengobrol dengan Fang dan sopir menggunakan bahasa mandarin yang saya tidak tahu sama sekali. Dalam batin, mungkin sesekali mereka ngomongin saya. Tapi ah, biarin, tujuanku kesini untuk belajar, dan mereka sangat baik luar biasa. Ditinggal ngobrol sama mereka saya banyak mencatat nama jalan yang dilewati yaitu Lianhua Rd, Caitian Rd, Fuzhong Rd, Yitian Rd. Nama jalan yang terakhir saya catat itu jalannya sangat besar dan panjang sekali. Meski Sudah melewati beberapa perempatan besar nama jalannya masih. Sesampai di Futin dari Yitian Rd, kami berbelok ke Fumin Rd, lalu ke jalan Shixia St dan saya membaca tulisan “Futian Organ Natatorium” sebuah bangunan yang besar sekali. Kemudian masuk gang yang jalannya tidak terlalu lebar dan saya tidak menemukan papan nama jalan tersebut. Kira-kira dua kilo meter dijalan gang tersebut sampailah kami di tujuan.
Disaat Judy melapor ke scurity dan kami diminta untuk menunggu diruang tunggu yang sangat asri. AC nya dingin banget, Fang cerita kalau punya ponakan namanya An yang lagi kuliah dengan mengambil jurusan bahasa Indonesia. Kata Fang cerita kalau An pasti seneng sekali kalau dikenalkan dengan saya, pasti akan diajak ngobrol dengan bahasa Indonesia. Kemudian Fang memberikan nomor Hp An dan email YM nya An. Nanti Fang akan memberitahu An kalau punya kenalan orang Indonesia. Pasti An senang kata Fang. Saya jawab dengan anggukan, Fang nampak senang.
Agak lama kami menunggu, kemudian dipersilahkan masuk kedalam suatu ruangan yang sangat lebar. Ada satu set sofa yang nampak mewah dan kelihatannya masih baru. Saya duduk dekat Fang dan Judy duduk dekat tuan rumah wanita paroh baya yang masih kelihatan sangat cantik. Judy ngobrol dengan bahasa mandarin dengan tuan rumah. Lagi-lagi aku mbatin, paling ngomongin aku itu. Tuan rumah yang aku tidak tahu namanya itu nampak sibuk, kelihatannya menyiapkan minumanan. Di meja yang besar itu ada sebuah teko stainless dan ada kompor listrik kecil. Teryata tuan rumah membuat teh langsung diatas meja itu. Yang saya agak heran gelasnya kecil banget, persis kalau di Indonesia gelasnya seperti gelas air Zamzam saat ada orang pulang haji atau umroh.
Setelah cukup waktu ngobrol dan minum teh, saya Judy, Fang dan tuan rumah pindah ke workshop yang berada persis dibelakang ruang tamu. Workhsopnya panjang sekali dan nampak bersih. Kemudian saya ketehu ternyata perusahaan itu hanya memproduksi cartridge heater secara masal untuk dijual keseluruh dunia. Katanya pasarnya sudah menjangkau lebih dari 50 negara di dunia. Saya sangat kagum dengan keberhasilannya. Kemudian saya diajak berkeliling melihat proses pembuatan cartridge heater mulai dari awal sampai dengan finishing. Prosesnya persis di Video yang diberikan Mr. Oei. Saya sangat puas melihat semua proses itu, dan saya merasa mampu membuat produk semacam itu, mungkin yang tidak bisa menyaingi adalah mesin-mesinnya yang canggih dan modern.
Setelah pulang dari perusahaan pembuat cartridge heater yang kemudian saya ketahui namanya Futian heater, Judy menawariku makan siang. Waktu ditanya pingin makan apa saya bingung menjawabnya. Kemudian Fang menawarkan bagaimana kalau makan siang di MD dan aku senang sekali langsung saya jawab setuju.
Waktu menunggu Judy pesan makanan, nampaknya Fang menghubungi keponakannya An. Karena setelah menutup telpnya yang berbicara dengan bahasa mandarin Fang memberitahuku kalau nanti sore pulang kantor An mau menelponku menggunakan bahasa Indonesia, saya ok gitu ke Fang dan saya seneng banget di China ada orang bisa bahasa Indonesaia. Fang kemudian menyusul Judya yang antri menunggu dilayani. Rupanya di China penggemar MD juga banyak sehingga pembeli harus sabar mengantri. Padahal kasirnya juga sangat banyak, saya hitung lebih dari 12 orang.
Keluar dari MD Judy memberitahu kalau harus mampir dulu ke toko alat-alat teknik karena ada titipan orang kantor untuk membelikan bolt (baut). Kata Judy supermarket khusus baut yang akan dikunjunginya ini merupakan toko peralatan teknik terlengkap di kota Shenzhen dan tokonya sangat rame. Ternyata dari MD menuju supermarket alat teknik tidak terlalu jauh. Bangunan tokonya sangat besar, mungkin separuh lapangan bola. Parkirnya juga sangat luas, tapi sangat panas. Judy lama sekali menjelaskan kebutuhannya yang sudah ditulis di hpnya kepada palayan toko, mungkin macemnya sangat banyak. Sambil menunggu Judy saya jalan-jalan sama Fang melihat-lihat etalase yang memajang peralatan teknik, seperti mesin bor, pompa dan sejenisnya. Fang cerita seminggu bisa dua sampai tiga kali ke supermarket itu bersama Judy. Lantas saya tanya, memang tidak ada bagian logistik yang cari barang? Ada dan itu untuk barang-barang yang kuantitas dan nilainya besar. Judy sebenarnya lebih fokus ke penjualan tapi karena setiap hari keluar kantor, orang-orang produksi sering nitip dan akhirnya menjadi kebiasaan.
Saking lamanya di supermarket alat-alat teknik, kami sampai kantor TC sudah mendekati pukul 5 sore jam waktunya pulang. Begitu turun dari mobil Judy dan Fang mempersilahkan saya untuk langsung pulang ke hotel. Tapi saya masuk keruangan Mr. Oei untuk berpamitan, tapi rupanya Mr. Oei juga sudah bersiap-siap untuk pulang. Tak butuh lama dengan jalan kaki saya sudah sampai hotel dan bergegas mandi kemudian sholat Asyar dan dhuhur. Selesai sholat, sambil menunggu telpun dari An yang katanya Fang mau telpun begitu pulang kerja, saya tinggal rebahan di tempat tidur sambil nonto TV China yang sedang menyiarkan pertandingan bola Volly putri antara tim China dan Tim Amerika Serikat.
Sepulang dari mall Hp bersama teman-teman, sampai hotel saya bergegas mandi dan sholat, kemudian rebahan sambil membuka YM menghubungi rumah untuk cerita pengalaman di worshop TC sekalin acara jalan-jalan di mall Hp yang besarnya luar biasa. Baru pertama kali saya lihat orang jualan hp sebanyak itu dan arealnya juga luar biasa besar. Selama di Shenzhen saya tidak bisa tidur sore. Setiap ada waktu luang saya gunakan untuk membuka laptop YM an sama temen-temen di Indonesia. Seneng sekali rasanya, terasa tidak kesepian mesti sendirian.
Hari ke tiga saya seperti biasa datang paling pagi dibanding yang lain, kantor masih sepi dan saya jalan-jalan disekitaran perusahaan untuk melihat-lihat mungkin tidak ada di Indonesia. Saya kaget, diujung perusahaan ada bangunan yang tidak terlalu besar dan banyak produk jadi ditumpuk disana. Saya ijin scurity untuk melihatnya, scurity tidak melarang justru mempersilahkanku untuk membuka ruangan yang memang tidak dikunci. Ternyata ruangan itu adalah ruangan oven produk. Produk-produk yang sudah jadi dimasukan oven dulu untuk menghilangkan kelembaban yang mungkin terjadi akibat pengeleman atau material yang basah atau kondisi alam yang memang sedang lembab.
Perkuan panas terhadap produk jadi dengan oven sebenarnya hal yang sangat penting, tetapi kebanyakan perusahaan heater di Indonesia jarang yang melakukan. Produk yang sudah jadi langsung saja dikirim ke customer apa adanya. Toh nanti setelah dipakai dialiri listrik juga akan kering sendiri. Biasannya argumen seperti itu yang dipakai oleh produsen heater di Indonesia. Kenyataannya heater yang di oven terlebih dahulu sebelum dikirim ke customer hasilnya pasti lebih baik. Karena heater tidak lembab, tidak ada kandungan air didalamnya sehingga menjamin heater lebih kuat dan tahan lama karena tidak konduktor antara element didalamnya dengan casing heater yang berbahan stainless steel.
Begitu temen-temen kantor datang saya bergegas menuju ruang ganti, tetapi Fang staff Judy yang cantik itu memberitahuku kalau ditunggu Judy dilantai atas. Saya tidak jadi ganti baju tapi mengikuti Fang menuju ruangannya. Fang bilang kalau hari ini Judy dan Fang ada acara kunjungan di Futian yang agak jauh. Mungkin Judy akan mengajak saya kalau saya mau kata Fang. Kata Fang kalau mau ke Hongkong melewati Futian ini. Dalam hati, aku mau banget ikut, ini kesempatan terbaik untuk cari pengalaman selama di China.
Sesampai diruangan Judy, langsung Judy menanyaiku seperti tadi yang sudah diceritakan Fang. Saya jawab dengan senang hati saya ingin ikut dan terima kasih sekali diberi kesempatan untuk ikut. Ketika sudah didalam mobil, kami berempat dengan sopir, Judy duduk didepan, dan si cantik Fang duduk ditengah dengan saya. Judy sebenarnya juga cantik, tapi Fang cantiknya mirip bintang film Hongkong yang pernah saya lihat di bioskop. Seneng juga sih bisa duduk bersama Fang yang anaknya sangat ramah sekali. Aku taksir umur Fang belum diatas 25 tahun, atau andai lebih tak jauh dari 25 tahun. Judy kemudian menjelaskan maksud kunjungan ke Futian, disana ada customer terbaiknya yang selalu membeli mesin-mesin pembuat heater ke TC perusuhaan dimana Judy bekerja. Kata Judy nanti di Futian saya bisa langsung melihat proses pembuatan cartridge heater yang rumit itu secara langsung. Saya langsung merasa sangat senang dengan mengucapkan terima kasih ke Judy.
Sepanjang perjalanan, Judy banyak mengobrol dengan Fang dan sopir menggunakan bahasa mandarin yang saya tidak tahu sama sekali. Dalam batin, mungkin sesekali mereka ngomongin saya. Tapi ah, biarin, tujuanku kesini untuk belajar, dan mereka sangat baik luar biasa. Ditinggal ngobrol sama mereka saya banyak mencatat nama jalan yang dilewati yaitu Lianhua Rd, Caitian Rd, Fuzhong Rd, Yitian Rd. Nama jalan yang terakhir saya catat itu jalannya sangat besar dan panjang sekali. Meski Sudah melewati beberapa perempatan besar nama jalannya masih. Sesampai di Futin dari Yitian Rd, kami berbelok ke Fumin Rd, lalu ke jalan Shixia St dan saya membaca tulisan “Futian Organ Natatorium” sebuah bangunan yang besar sekali. Kemudian masuk gang yang jalannya tidak terlalu lebar dan saya tidak menemukan papan nama jalan tersebut. Kira-kira dua kilo meter dijalan gang tersebut sampailah kami di tujuan.
Disaat Judy melapor ke scurity dan kami diminta untuk menunggu diruang tunggu yang sangat asri. AC nya dingin banget, Fang cerita kalau punya ponakan namanya An yang lagi kuliah dengan mengambil jurusan bahasa Indonesia. Kata Fang cerita kalau An pasti seneng sekali kalau dikenalkan dengan saya, pasti akan diajak ngobrol dengan bahasa Indonesia. Kemudian Fang memberikan nomor Hp An dan email YM nya An. Nanti Fang akan memberitahu An kalau punya kenalan orang Indonesia. Pasti An senang kata Fang. Saya jawab dengan anggukan, Fang nampak senang.
Agak lama kami menunggu, kemudian dipersilahkan masuk kedalam suatu ruangan yang sangat lebar. Ada satu set sofa yang nampak mewah dan kelihatannya masih baru. Saya duduk dekat Fang dan Judy duduk dekat tuan rumah wanita paroh baya yang masih kelihatan sangat cantik. Judy ngobrol dengan bahasa mandarin dengan tuan rumah. Lagi-lagi aku mbatin, paling ngomongin aku itu. Tuan rumah yang aku tidak tahu namanya itu nampak sibuk, kelihatannya menyiapkan minumanan. Di meja yang besar itu ada sebuah teko stainless dan ada kompor listrik kecil. Teryata tuan rumah membuat teh langsung diatas meja itu. Yang saya agak heran gelasnya kecil banget, persis kalau di Indonesia gelasnya seperti gelas air Zamzam saat ada orang pulang haji atau umroh.
Setelah cukup waktu ngobrol dan minum teh, saya Judy, Fang dan tuan rumah pindah ke workshop yang berada persis dibelakang ruang tamu. Workhsopnya panjang sekali dan nampak bersih. Kemudian saya ketehu ternyata perusahaan itu hanya memproduksi cartridge heater secara masal untuk dijual keseluruh dunia. Katanya pasarnya sudah menjangkau lebih dari 50 negara di dunia. Saya sangat kagum dengan keberhasilannya. Kemudian saya diajak berkeliling melihat proses pembuatan cartridge heater mulai dari awal sampai dengan finishing. Prosesnya persis di Video yang diberikan Mr. Oei. Saya sangat puas melihat semua proses itu, dan saya merasa mampu membuat produk semacam itu, mungkin yang tidak bisa menyaingi adalah mesin-mesinnya yang canggih dan modern.
Setelah pulang dari perusahaan pembuat cartridge heater yang kemudian saya ketahui namanya Futian heater, Judy menawariku makan siang. Waktu ditanya pingin makan apa saya bingung menjawabnya. Kemudian Fang menawarkan bagaimana kalau makan siang di MD dan aku senang sekali langsung saya jawab setuju.
Waktu menunggu Judy pesan makanan, nampaknya Fang menghubungi keponakannya An. Karena setelah menutup telpnya yang berbicara dengan bahasa mandarin Fang memberitahuku kalau nanti sore pulang kantor An mau menelponku menggunakan bahasa Indonesia, saya ok gitu ke Fang dan saya seneng banget di China ada orang bisa bahasa Indonesaia. Fang kemudian menyusul Judya yang antri menunggu dilayani. Rupanya di China penggemar MD juga banyak sehingga pembeli harus sabar mengantri. Padahal kasirnya juga sangat banyak, saya hitung lebih dari 12 orang.
Keluar dari MD Judy memberitahu kalau harus mampir dulu ke toko alat-alat teknik karena ada titipan orang kantor untuk membelikan bolt (baut). Kata Judy supermarket khusus baut yang akan dikunjunginya ini merupakan toko peralatan teknik terlengkap di kota Shenzhen dan tokonya sangat rame. Ternyata dari MD menuju supermarket alat teknik tidak terlalu jauh. Bangunan tokonya sangat besar, mungkin separuh lapangan bola. Parkirnya juga sangat luas, tapi sangat panas. Judy lama sekali menjelaskan kebutuhannya yang sudah ditulis di hpnya kepada palayan toko, mungkin macemnya sangat banyak. Sambil menunggu Judy saya jalan-jalan sama Fang melihat-lihat etalase yang memajang peralatan teknik, seperti mesin bor, pompa dan sejenisnya. Fang cerita seminggu bisa dua sampai tiga kali ke supermarket itu bersama Judy. Lantas saya tanya, memang tidak ada bagian logistik yang cari barang? Ada dan itu untuk barang-barang yang kuantitas dan nilainya besar. Judy sebenarnya lebih fokus ke penjualan tapi karena setiap hari keluar kantor, orang-orang produksi sering nitip dan akhirnya menjadi kebiasaan.
Saking lamanya di supermarket alat-alat teknik, kami sampai kantor TC sudah mendekati pukul 5 sore jam waktunya pulang. Begitu turun dari mobil Judy dan Fang mempersilahkan saya untuk langsung pulang ke hotel. Tapi saya masuk keruangan Mr. Oei untuk berpamitan, tapi rupanya Mr. Oei juga sudah bersiap-siap untuk pulang. Tak butuh lama dengan jalan kaki saya sudah sampai hotel dan bergegas mandi kemudian sholat Asyar dan dhuhur. Selesai sholat, sambil menunggu telpun dari An yang katanya Fang mau telpun begitu pulang kerja, saya tinggal rebahan di tempat tidur sambil nonto TV China yang sedang menyiarkan pertandingan bola Volly putri antara tim China dan Tim Amerika Serikat.
Giyanto |