-->

Gotong Royong Melawan Covid-19

Bangsa kita ini terkenal ke seluruh penjuru dunia karena memiliki sifat gotong royong yang tinggi sejak jaman nenek moyang kita dahulu. Saling bahu membahu dengan tetangga adalah hal biasa. Contohnya didalam membangun rumah di pedesaan. Kalau ada warga yang membangun rumah, para tetangga saling membantu bergantian sampai rumah itu selesai. Seringkali bantuan tidak hanya berupa tenaga saja tetapi juga materiil atau bahan bangunannya juga. Bentuk kebersamaan yang luar biasa.

Adanya wabah korona yang merupakan problem besar, yang tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri ini, melainkan harus dengan kebersamaan baik antara rakyat dengan pemerintah, maupun masyarakat dengan masyarakat sendiri harus menyengkuyung ini semua agar wabah korona cepat berlalu. Lantas bagaimana memanfaatkan budaya gotong royong yang sudah menjadi budaya bangsa Indonesia ini untuk melawan wabah korona yang sudah menyebar dilebih dari 182 negara ini?
  1. Masyarakat harus segera menyadari bahwa wabah korona ini adalah wabah bersama yang tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak.  Tidak bisa hanya pemerintah saja, tidak bisa hanya rakyat saja yang menyelesaikan. Tetapi wabah korona ini perlu kebersamaan semua pihak untuk ikut berperan aktif mengatasinya dengan satu komando dari pemerintah. Kuncinya adalah kebersamaan melaksanakan himbauan pemerintah. Mengingatkan dan mengajak mereka yang belum patuh terhadap peraturan pemerintah untuk mematuhinya. Fakta di lapangan masih sangat banyak masayarakat baik individu, golongan yang tidak mau mengikuti anjuran pemerintah. Contohnya himbauan untuk sholat dirumah, tidak dimasjid dulu untuk menghindari berkumpulnya orang banyak, tidak sedikit yang menentangnya.
  2. Bisa dimulai dari satuan-satuan terkecil masyarakat, misalnya dalam satu RT untuk melakukan penggalangan dana untuk disumbangkan kepada pihak lain yang terdampak langsung akibat wabah korona ini. Misalnya sumbangan yang dikumpulkan dari warga yang mampu untuk keluarga yang tidak bekerja karena wabah korona ini. Padahal penghasilannya untuk keseharian ya dari pekerjaan hari itu pula. Yang demikian sangat butuh bantuan secara langsung dari yang lebih mampu.
  3. Jika ada yang sakit disatuan kelompok tersebut, sebaiknya segera dikoordinasikan dengan ketua RT dan pengurus lainnya untuk ditindak lanjuti. Terutama bagi yang kurang mampu. Dengan demikian warga yang sakit akan menjadi lebih nyaman karena ada yang melindungi, meski hanya ditingkat RT. Faktanya ada yang justru menghindari warga yang sakit karena ketakutan tertular yang sakit. Tentu prosedur kehati-hatian seperti yang dipersyarakan pemerintah harus dipatuhi.
  4. Jangan menjadi propokator warga untuk menolak kebijakan pemerintah. Dibanyak tempat banyak kebijakan pemerintah yang ditolak warga hanya karena ada pihak-pihak tertentu yang menjadi propokator. Contonya ada diberbagai tempat warga menolak kebijakan pemerintah setempat untuk menjadikan puskesmas untuk menjadi tempat perawatan korona. Alasannya ketakutan karena warganya akan tertular virus korona. Hal ini kan sangat berlebihan. Virus korona tidak bisa berjalan sendiri masuk kampung tanpa ada yang membawanya. Dengan membawa orang yang kena virus korona ke suatu tempat, misalnya puskesmas adalah dalam rangka memutus mata rantai peredaran virus korona tersebut agar tidak menular ke masyarakat luas. Kalau banyak tempat menolak tempat-tempat yang dipilih pemerintah untuk dijadikan tempat perawatan korona, justru kontraproduktif. Wabah akan semakin cepat menyebar kewarga yang lain, karena yang sakit tidak dapat segera dikarantina dan di obati.
  5. Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur pernah jadi berita nasional beberapa hari yang lalu, karena ada orang yang meninggal di rumah sakit Mitra Keluarga Waru akibat virus korona warganya menolak untuk memakamkannya. Sampai penggali kuburnya juga menolak untuk menggalikan kuburnya. Padahal Rumah Sakit tempat orang itu meninggal telah melakukan prosedur sesuai standar WHO dengan membungkus jenazah se aman mungkin sehingga penyakit virus korona tidak bisa keluar dari tubuh jenazah. Tetapi tetap saja warga menolaknya. Hal ini tentu sangat berlebihan, sebagai masyarakat yang akrab dengan budaya gotong royong seharusnya tetap mengurus jenazah tersebut dengan berkoordinasi dengan dinas kesehatan Sidoarjo bagaimana cara memakamkannya secara aman. Masalah tersebut sampai pada akhirnya diambil alih dan dipimpin langsung oleh Bupati Sidoarjo, cak Nur dalam pemakamannya sampai tuntas dipemakaman milik pemerintah kabupaten Sidoarjo Delta Praloyo.
  6. Bagi yang mampu disituasi yang serba sulit ini jangan melakukan pembelihan barang pokok yang berlebihan. Karena membeli dengan berlebihan mengakibatkan meningkatkan pasokan yang berlebih pula. Jika hal ini tidak mampu dipenuhi oleh pemasok dampak singkatnya adalah terjadi kenaikan harga. Bagi warga yang mampu kenaikan harga tidak menjadi masalah asal barangnya ada. Tetapi bagi warga yang kurang mampu, kenaikan harga dan kosongnya stok ditoko sekitarnya akan menjadi masalah yang tidak kecil. Membeli dengan sesuai tingkat kebutuhan akan menjaga stok di toko sekitar juga aman dan tidak ada penambahan pasokan yang tidak wajar sehingga tidak mengakibatkan harga naik. Ini adalah bentuk kebersamaan juga meski tidak secara langsung.
Tentu, masih banyak bentuk gotong royong yang lain yang asli budaya Indonesia untuk bersama-sama menghentikan wabah korona yang sudah meresahkan ini dengan segera. Semoga kita semua dapat guyup rukun menyengkuyung masalah ini dengan budaya gotong royong yang sudah kita miliki sejak jaman nenek moyang kita dulu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel